VOTNews.com – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, stok minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada Februari 2023 menurun. Stok CPO pada Februari 2023 sebanyak 2,6 juta ton, angka itu lebih kecil dari stok CPO per Januari 2023 yakni 3,09 juta ton, dan jauh lebih kecil dibanding pada Februari 2022 sebesar 5,05 juta ton.
Lantas dengan menipisnya stok bahan baku minyak goreng ini, apakah bakal berdampak pada kenaikan harga minyak goreng di pasar?
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono mengatakan, menipisnya stok CPO pada Februari ini tidak akan berimbas ke kenaikan harga minyak goreng. “Sekarang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh karena harga internasional juga turun. Harga CPO itu tidak bisa berdiri sendiri, semua tergantung minyak nabati lain,” kata Eddy saat ditemui di Jakarta, Jumat (15/4) malam.
Saat stok CPO menipis, kebutuhan untuk domestik maupun pasar ekspor meningkat. Pada Februari 2022, total kebutuhan mencapai 3,47 juta ton, Januari 2023 menjadi 4,73 juta ton, Februari 2023 sebesar 4,71 juta ton.
Faktor lain kenapa harga minyak goreng tidak akan naik meski CPO menipis, adalah harga CPO global yang sedang menurun. GAPKI mencatat harga CPO Rotterdam pada Januari 2023 hanya USD 1.024 per ton, angka ini jauh lebih murah dibanding periode April-Mei 2022 ketika CPO menyentuh USD 1.719-1.714 per ton.
“Sekarang, bahwa ekonomi global agak melemah dan permintaan menurun. Kalau permintaan naik dan stok turun, sudah pasti harga terangkat. Ini kan enggak terlihat. Walau stok turun, tapi sekarang harga tidak (naik),” kata Eddy.
Meski stok CPO di Februari ini menipis, Eddy menegaskan ini bukan menjadi kekhawatiran karena memang siklus produksi.
“Ini siklus memang begitu. Pada Maret sudah mulai ada kenaikan produksi. Tapi di bulan April karena ada Lebaran akan berpengaruh sedikit. Nanti Mei terangkat lagi,” pungkas dia.