VOTNews.com – Miliarder Mike Cannon-Brookes mau menghidupkan kembali rencana yang sempat terhenti yaitu ekspor listrik tenaga surya dari Australia ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 4.200 kilometer (km). Hal itu dilakukan setelah mengakuisisi aset proyek Sun Cable yang gagal.
Transaksi itu diharapkan akan selesai pada akhir Juli 2023. Kesepakatan memberi Cannon-Brookes dan Queinbrook Infrastructure Partners kendali atas pengembangan energi terbarukan secara luas di Australia Utara, setelah berbulan-bulan terjadi selisih paham antara salah satu pendiri Atlassian Corp dan sesama miliarder Andrew Forrest sebagai investor utama.
Setelah perjanjian selesai, Cannon-Brookes bermaksud melanjutkan rencana proyek senilai US$ 20 miliar itu untuk mengirimkan 900 megawatt listrik ke Darwin dan mengekspor 1,8 gigawatt ke Singapura. Sun Cable mengatakan pihaknya telah menerima komitmen dari pelanggan potensial di Singapura.
“Sudah waktunya untuk memperluas ambisi negara kita. Kita perlu melakukan perubahan besar jika kita ingin menjadi negara adidaya energi terbarukan, jadi kita akan melakukannya,” kata Cannon-Brookes dikutip dari Reuters, Rabu (31/5/2023).
Proyek ini disebut-sebut sebagai salah satu inisiatif yang dapat membantu ekonomi Asia, yang banyak menggunakan bahan bakar fosil untuk beralih ke sumber listrik rendah emisi. Khususnya negara-negara dengan keterbatasan ruang seperti Singapura dalam membangun pusat pembangkit tenaga surya.
Cannon-Brookes sendiri telah meningkatkan investasi dalam energi terbarukan serta mendanai filantropi untuk memerangi perubahan iklim. Pada Mei 2022, Grok Ventures miliknya menginvestasikan lebih dari 500 juta dolar Australia di AGL Energy, menjadi pemegang saham terbesar di salah satu produsen dan distributor listrik terbesar di Australia.
Crazy rich dengan kekayaan bersih sekitar US$ 10,9 miliar itu berencana mempercepat transisi AGL dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih.